Friday 2 June 2017

Strategic Brand Communication, Pengertian Brand Atau merek.

Apa yang dimaksud dengan Brand/Merek?


Merek adalah “tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angaka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur tersebut yang memiliki DAYA PEMBEDA dan digunakan dalam KEGIATAN PERDAGANGAN barang atau jasa.”
(UU Merek no 15. Tahun 2001 pasal 1 ayat 1)

Terdapat pelbagai definisi dari para ahli tentang merek:
Brand atau merek adalah janji penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat, manfaat, dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli
 (Kotler, Armstrong, 2001)

Brand adalah ide, kata, desain grafis dan suara/bunyi yang mensimbolisasikan produk, jasa, dan perusahaan yang memproduksi produk dan jasa tersebut
(Janita, 2005:15)

Produk adalah sesuatu yang dibuat didalam pabrik, merek adalah sesuatu yang dibeli oleh konsumen. Produk dapat ditiru pesaing, merek adalah unik.
(King, dalam Temporal & Lee 2002:46)

Namun secara teknis apabila seorang pemasar membuat nama, logo, atau simbol baru, maka ia telah menciptakan sebuah merek. Dan dua unsur yang krusial dalam pemahaman merek adalah: bentuk simbolisasi dan keunikan (bentuk diferensiasi)

Strategi Merek dan Strategi Komunikasi Brand/Merek

Strategi merk dari para ahli:

Dalam bukunya, Buillding strong brand (1996), Aaker mengatakan bahwa merek yang kuat adalah yang memiliki posisi kuat. Pembentukan posisi yang kuat dimulai dengan menganalisis situasi untuk mengetahui posisi merek-merek pesaing dan posisi merek saat ini (merek yang sudah diluncurkan). Setelah itu perusahaan perlu merancang identitas merek, yaitu posisi merek yang diinginkan, dan kemudian mengkomunikasikannya melalui proses brand positioning. Hasilnya adalah posisi merek. (Aaker)

Davis dalam bukunya yang berjudul Brand Asset Management (2001), Aaker memberi restu dan berbagai pujian kepada Davis. Tetapi langkah Davis sedikit berbeda karena menurutnya sebelum melakukan analisis situasi, kita harus mengetahi visi merek terlebih dulu, yakni sasaran yang diperoleh melalui pembuatan merek. Setelah posisi merek tersebut, yang merupakan tahap akhir dari konsep Aaker tentang pembentukan merek yang kuat, Davis merasa perlu melakukan evaluasi merek sebagai tahap akhir. (Davis)

Knapp mengatakan bahwa merek bukan bukan sekedar nama besar (bila merek sudah terkenal), merek adalah cara hidup; didalamnya terdapat keinginan, janji dan komitmen yang harus dipenuhi perusahaan. (Knapp)

Sementara Strategi Komunikasi merek adalah strategi dalam mengkomunikasikan merek, dimana:
Proses perumusannya baru dimulai setelah proses pembentukan identias merek sudah terjadi

Komunikasi merek adalah refleksi dari strategi merek itu sendiri

Yang penting ditekankan adalah, strategi ada lebih dulu – setelah itu proses kreatif (dan tidak terbalik)


Perspektif Brand/Merek

Product Plus (Additive Approach)

Produk dan merek adalah 2 hal yang terpisah, dimana mereka adalah tanda yang ditambahkan pada produk. Merek dipandang sebagai bagian dari produk, sehingga branding dianggap sebagai aktivitas yang memberi nilai tambah.

Keputusan branding pada perspektif ini umumnya dilakukan pada salah satu tahap akhir dari pengembangan produk baru: 1. apakah akan menggunakan merek atau tidak; 2. siapa sponsor merek (apakah menggunakan merek pemanufaktur, house brand/private label, mixed brand strategy, atau co-branding); 3. keputusan brand hierrachy , dll

Holistic View (Inclusive Approach)

Produk an merek dianggap sebagai satu kesatuan. Merek diartikan sebagai janji berupa serangkaian atribut rasional dan emosional yang dibeli konsumen dan memberi kepuasan pelanggan.

Produk dan merek dikombinasikan

Menurut Abela, Holitic View lebih sesuai dengan kondisi saat ini dimana konseptualisasi merek yang digunakan lebih luas dan kenyataannya tidak mudah memisahkan antara unsur produk dan merek secara eksklusif.

Sejarah Brand/Merek

Praktik branding pada dasarnya telah berlangsung berabad-abad. Kata “brand” dalam bahasa Inggris berasal dari kata “brandr” dalam bahasa yang berarti “to burn” yang mengacu pada pengidentifikasian ternak. Pada waktu itu, pemilik ternak menggunakan “cap” khusus untuk menandai ternak miliknya dan membedakan dari ternak milik orang lain. Melalui cap seperti ini, konsumen menjadi lebih mudah mengidentifikasi ternak-ternak berkualitas yang ditawarkan oleh para peternak bereputasi bagus.

Sejumlah bukti historis mengungkap bahwa merek dalam bentuk tanda identitas (identity marks) telah digunakan sejak ribuan tahun lalu. Sebagai contoh, tulisan dan gambar di dinding-dinding kuburan Mesir Kuno menunjukkan bahwa ternak pada zaman itu telah diberi merek/ tanda sejak tahun 2000 SM. Di zaman Romawi kuno, Toko-Toko memakai gambar-gambar (seperti sepatu, sapi atau daging) untuk mengidentifikasi produknya. Contoh-contoh lainnya meliputi tanda identitas pada porselin Tiongkok kuno dan guci Yunani dan Romawi kuno.

Pada abad pertengahan, sejumlah bisnis (seperti pembuat roti dan pengrajin perak) dikendalikan oleh serikat pekerja yang memberikan semacam tanda sertifikasi kualitas. Tanda semacam ini kemudian dijadikan entitas hukum dibeberapa Negara (seperti Inggris dan Jerman) pada abad 14 dan 15.

Selama Masa Revolusi Industri (1830-1870) dan tahun-tahun sesudahnya (1870-1914) merek (sebagai identifikasi produk pemanufaktur) berkembang secara pesat (Low & Fullerton, 1994): Kemajuan teknologi produksi memungkinkan produksi massal produk berkualitas bagus and berbiaya rendah.

Kemajuan teknologi pengemasan produk membuat kemasan individual yang menonjolkan merek dagang pemanufaktur semakin berperan penting. Perubahan undang-undang merek dagang di Amerika pada tahun 1870, decade 1880-an dan tahun 1906 memberikan perlindungan yang lebih kuat bagi produk-produk bermerek. Pertumbuhan periklanan dan ketergantungan media massa (terutama surat kabar dan majalah) pada penerimaan iklan membuka peluang besar bagi periklanan merek. Pertumbuhan institusi ritel baru, seperti toko serba ada (department store), variety stores dan national mail order houses, menstimulasi pengeluaran konsumen yang semakin besar. Peningkatan industrialisasi dan urbanisasi meningkatkan standar hidup  Amerika dan mengubah gaya hidup dari produksi mandiri (self-production) menjadi pembelanja sebagian besar produk.

Memasuki abad 20, hukum merek dagang (trademark law) telah mapan. Peranan merek  dagang adalah untuk mengidentifikasi perancang dan atau pemanufaktur spesifik, contohnya Mercedes Benz, Singer, Heinz, dan Ford. Baru pada akhir abad 19 dan awal abad 20 para pemanufaktur menggunakan merek untuk mengidentifikasi produk secara spesifik. Banyak diantara merek-merek terkemuka saat ini  yang telah dikembangkan pada periode tersebut, diantaranya sereal sarapan Shredded Wheat, Film Kodak, travelers checks American Express, Prudential Insurance, dan sebagainya.

Manfaat & Fungsi Brand/Merek

Bagi pembeli, manfaat merek adalah:

Sesuatu kepada pembeli tentang mutu

Membantu perhatian pembeli terhadap produk-produk baru yang bermanfaat bagi mereka

Bagi penjual, manfaat merek adalah:

Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul.
Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk.

Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan.
Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam hal:

Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten.
Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan dimana membelinya.

 Meningkatnya inovasi-inovasi produk baru, karena produsen terdorong untuk menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan oleh pesaing.
(Simamora, 2002)

Menurut Temporal & Lee (2002:44), alasan merek merupakan hal yang penting bagi konsumen adalah dikarenakan:

1. Merek memberikan pilihan

Manusia menyenangi pilihan dan merek memberi mereka kebebasan untuk memilih. Sejalan dengan semakin terbagi-baginya pasar, perusahaan melihat pentingnya memberi pilihan yang berbeda kepada segmen konsumen yang berbeda. Merek dapat memberikan pilihan, memungkinkan konsumen untuk membedakan berbagai macam tawaran perusahaan.

2. Merek memudahkan keputusan

Merek membuat keputusan untuk membeli menjadi lebih mudah. Konsumen mungkin tidak tahu banyak mengenai suatu produk yang membuatnya tertarik. Tetapi merek dapat membuatnya lebih mudah untuk memilih. Merek yang terkenal lebih menarik banyak perhatian dibanding yang tidak, umumnya karena merek tersebut dikenal dan bisa dipercaya.

3. Merek memberi jaminan kualitas

Para konsumen akan memilih produk dan jasa yang berkualitas dimana pun dan kapan pun mereka mampu. Sekali mereka mencoba suatu merek, secara otomatis mereka akan menyamakan pengalaman ini dengan tingkat kualitas tertentu. Pengalaman yang menyenangkan akan menghasilkan ingatan yang baik terhadap merek tersebut.

4. Merek memberikan pencegahan resiko

Sebagian besar konsumen menolak resiko. Mereka tidak akan membeli suatu produk, jika ragu terhadap hasilnya. Pengalaman terhadap suatu merek, jika positif, memberi keyakinan serta kenyamanan untuk membeli sekalipun mahal.Merek membangun kepercayaan, dan merek yang besar benar-benar dapat dipercaya.

5.  Merek memberikan alat untuk mengekspresikan diri

Merek menghasilkan kesempatan pada konsumen untuk mengekspresikan diri dalam berbagai cara. Merek dapat membantu konsumen untuk mengekspresikan kebutuhan sosial-psikologi.

Sementara manfaat merek khususnya bagi konsumen menurut Kapferer adalah:

  • Identifikasi:  bisa dilihat dengan jelas; memberikan makna bagi produk; mudah mengidentifikasi produk yg dibutuhkan dan dicari.

  • Praktikalitas: Memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang identik dan loyalitas.

  • Jaminan: memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yg sama sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan di tempat yg berbeda.

  • Optimisasi: memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.

  • Karakterisasi: mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen atau citra yg ditampilkannya kepada orang lain.

  • Kontinuitas: kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek yg telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun.

  • Hedonistik: kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo, dan komunikasinya.


Etis: kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab merek dalam hubungannya dengan masyarakat.

Jenis Brand/Merek

Jenis-jenis merek berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001:

Merek Dagang adalah merek yang dipergunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

Merek Jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.


Manufacturer Brand

Manufacturer brand atau merek perusahaan adalah merek yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang memproduksi produk atau jasa. Contohnya seperti soffel, ultraflu, so klin, philips, tessa, vitacharm, vitacimin, dan lain-lain.

Private brand

Atau merek pribadi adalah merek yang dimiliki oleh distributor atau pedagang dari produk atau jasa seperti zyrex ubud yang menjual laptop cloud everex, hipermarket giant yang menjual kapas merek giant, carrefour yang menjual produk elektronik dengan merek bluesky, supermarket hero yang menjual gula dengan merek hero, dan lain sebagainya.


Daftar Pustaka
Paul Temporal & Martin Trott. Romancing The Customer. Terjemahan Kusnandar. Salemba Empat. Jakarta 2002.
Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2, edisi ke-8, Penerbit Erlangga, Jakarta
Dewi, Janita Ike. (2005). Perspektif Baru dalam Strategi Branding. Amara Books, Jakarta.
Simamora, Bilson (2002), Aura Merek: 7 Langkah Membangun Merek yang Kuat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kapferer,J.N. (1997), Strategic Brand Management: Creating and Sustaining Brand Equity Long Term, 2nd ed. London: Kogan Page Limited.
MARKPLUS INSTITUTE (2012), Mim Academy Coursebook Brand Operation

No comments:

Post a Comment