Thursday 8 June 2017

Psikologi Komunikasi : Media Sosial Dan Identitas Pengguna Analisis Konsep Diri dan Prilaku

Psikologi Komunikasi  : Media Sosial Dan Identitas Pengguna
Analisis Konsep  Diri  dan Perilaku Mahasiswa Mercubuana Dalam Akun Media Sosial Snapchat

1.1. Latar belakang.
Media adalah alat (sarana) komunikasi, seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Jika ditarik dari pengertian diatas, maka media sosial adalah sarana komunikasi untuk melakukan interaksi sosial. Dewasa ini, terdapat berbagai macam media sosial, seperti Facebook, Twitter, Line, Whatsapp, Snapchat dan lain sebagainya, yang membuat seseorang bisa berinteraksi dengan orang lainnya tanpa harus bertemu secara langsung. Namun dalam hal yang sebenarnya adalah para pengguna media sosial kadang tidak memahami akan media sosial itu sendiri, dan perilaku mereka kadang tidak mencerminkan pribadinya dalam kehidupan yang sesungguhnya, sehingga dimana media mempengaruhi sebagian perilaku manusia dalam kehidupan pribadinya dan lingkunganya.
 Dalam bukunya yang berjudul ‘The Presentation of Self in Everyday Life’, Goffman menyebutkan istilah self presentation (presentasi diri) dengan impression management (manajemen kesan). Goffman (1959) menemukan teori ini dalam hubungan interaksi interpersonal. Menurutnya, pesan itu dapat berupa kata-kata, tindakan, gaya berpakaian, dan cara-cara lain yang dapat menggambarkan dan membentuk persepsi orang lain terhadap diri kita (Mulyana, 2003).
Dari sekian banyak media sosial yang ada, penggunanya pun tidak sedikit. Pada tahun 2015, pengguna internet tanah air yang mencapai 72,7 juta penduduk, pengguna sosial media aktif 74 juta penduduk, total perangkat mobile 308 juta perangkat. Lalu, apa dampak dari media sosial yang digunakan oleh sekian banyak orang tersebut dalam pembentukan identitas diri mereka?
Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti Mahasiswa Mercubuana yang menggunakan media sosial Snapchat, dan konsep diri pengguna media sosial tersebut,  yang mencerminkan pribadinya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif, Dalam penelitian deskriptif bersifat tidak terlalu mengutamakan makna, sebaliknya,  penekanannya pada deskriptif lebih banyak menganalisis permukaan data, hanya memperhatikan proses-proses kejadian suatu fenomena, bukan kedalaman data ataupun makna data. Peneliti melakukan pendekatan langsung dengan pengguna media sosial Snapchat. Peneliti melakukan riset dalam setting yang alamiah dan membiarkan peristiwa  yang di teliti mengalir tanpa mengontrol objek yang di teliti hanya melalui pendekatan interpretif (subjektif).


1.2. Tujuan
Dalam penelitian ini penulis bertujan meneliti perilaku yang muncul karena media sosial Snapchat, dan proses terbentuknya konsep diri dalam perilaku sosial yang terjadi.
Peneliti juga bermaksud mencari tahu seberapa besar ketertarikan pengguna sosial dalam memanfaatkan fitur fitur yang ada di dalam media sosial tersebut sehingga perilaku imitasi terbentuk dari media massa yang memberikan informasi tentang penggunaan media tersebut.



1.3. Teori dan konsep.

·         Teori pembelajaran  sosial
Teori pembelajaran sosial adalah teori yang memprediksi perilaku dengan melihat cara lain yang dilakukan individu dalam memproses informasi. Teori ini menjelaskan bahwa contoh dari personal tertentu atau media massa dapat menjadi penting dalam usaha memperoleh perilaku yang baru. Individu melakukan proses imitasi atas apa yang mereka lihat dari media (meniru). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada kesan dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial “manusia” itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan.
·         Uses and Gratifications Model
Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunanaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Asal mula terciptanya Teori Uses and Gratifications yaitu beberapa peneliti meneliti kebutuhan manusia  secara psikologis dan sosial, Penelitian ini meneliti bagaimana faktor-faktor sosial dan psikologis, termasuk kebutuhan untuk aktivasi, berinteraksi untuk menghasilkan gaya hidup dan pola penggunaan media yang berbeda. Penelitian ini mengidentifikasi empat jenis gaya hidup yang anggotanya berbeda secara signifikan pada berbagai variabel, termasuk surat kabar dan majalah berita pembaca, dan gratifikasi dicari dari televisi kabel. Orang dengan kebutuhan tinggi untuk aktivasi memiliki gaya hidup yang melibatkan paparan yang lebih besar untuk sumber-sumber media informasi urusan publik dibandingkan dengan kebutuhan yang lebih rendah untuk aktivasi dan gaya hidup yang kurang kosmopolitan. Hasilnya menunjukkan bahwa akar dari penggunaan media yang jauh lebih dalam dari yang diyakini sebelumnya. Teori Uses and Gratifications memusatkan perhatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan.Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan (Uses and Gratifications Theory)menurut Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevitch mengasumsikan mengenai peran anggota Individu atau sekelompok masyarakat dalam proses komunikasi massa secara aktif mencari media tertentu dan muatan untuk menghasilkan hasil yang memuaskan.


2.1. Pembahasan.

Dalam era globalisasi ini, teknologi semakin maju, tidak dapat dipungkiri hadirnya internet semakin dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kegiatan sosialisasi, pendidikan, bisnis, dan sebagainya. Hampir semua orang di Indonesia memiliki smartphone , dengan semakin majunya internet dan hadirnya smartphone maka media sosial pun ikut berkembang pesat.
Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti pengguna media sosial dalam menggunakan media sosial tidak pada tempatnya, dalam hal ini para pengguna media sosial tidak memahami dengan baik apa yang harus dan tidak dilakukan dalam menggunakan media sosial, dan pembentukan konsep diri yang menduplikasi bahasa media massa yaitu media sosial. Di Indonesia sendiri masih banyak pengguna sosial media yang dapat dikatakan kurang paham dengan fungsi dan kegunaan media yang mereka gunakan sehingga mereka melakukan hal hal yang sangat merugikan dirinya juga pengguna media sosial tersebut. termasuk dalam aplikasi media sosial SnapChat.
Snapchat adalah aplikasi pesan foto dan video yang dikembangkan Evan Spiegel, Bobby Murphy, dan Reggie Brown saat masih kuliah di Universitas Stanford. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat mengambil foto, merekam video, menambahkan teks dan lukisan, dan mengirimkannya ke daftar penerima yang ditentukan pengguna. Di antara beberapa aplikasi pesan yang bertebaran di Play Store dan App Store, ada satu aplikasi yang punya fitur berbeda, menempatkannya di segmen lebih spesifik ketimbang yang lain. Snapchat acapkali jadi perbincangan di media lokal dan internasional, soal keunikannya dan juga keberhasilannya mempertahankan eksistensi di antara himpitan pengembang besar lainnya. Di tanah air Snapchat belum begitu populer, tapi melihat tren penggunaan smartphone yang terus bertumbuh, ada harapan besar ia akan jadi salah satu aplikasi favorit.
Penulis melakukan penelitian terhdap perilaku mahasiswa mercubuana yang memiliki aplikasi snpchat. Dimana aplikasi ini mempengaruhi komunikasi yang memberikan citra diri dari pengguna media sosial tersebut.
Perilaku ini dikarenakan pengaruh media yang secara tidak langsung membuat seseorang ingin selalu terlihat menonjol di manapun, sehingga tidak memperdulikan batasan dan fungsi dari media sosial yang digunakan. Padahal sudah jelas setiap media sosial dibuat untuk fungsi yang berbeda. Hal ini tentunya sangat perlu diperhatikan agar penggunaan medi sosial tidak memberikan efek buruk terhadap citra diri penggunanya.


Aplikasi snapchat sendiri memiliki fasilitas, fitur dimana penggunanya dapat memposting video dengan karakter yang sangat menarik, namun hal tersebut tidak sesuai dengan perilaku manusia pada umumnya. Contohnya adalah aplikasi snapchat yang dapat digunakan penggunanya memposting video dengan wajah mereka tampak seperti binatang lucu dengan lidah menjulur dan telinga  lebar (anjing). Tentu hal ini sangat mencerminkan perilaku pengguna yang tidak paham akan nilai estetika sebuah perilaku yang baik dan sewajarnya berperilaku seperti manusia, walau terkesan lucu dan menarik tapi itu tidak pantas di lakukan.

Namun penggunanya mengesampingkan hal tersebut, hal itu terdapat dalam teori pembelajaran dan sosial dan efek media massa. Pengguna media sosial snapchat mengadaptasi atau meniru khalyak ramai agar terlihat eksis dengan menggunakan aplikasi tersebut. Teori pembelajaran sosial adalah teori yang memprediksi perilaku dengan melihat cara lain yang dilakukan individu dalam memproses informasi. Teori ini menjelaskan bahwa contoh dari personal tertentu atau media massa dapat menjadi penting dalam usaha memperoleh perilaku yang baru. Individu melakukan proses imitasi atas apa yang mereka lihat dari media (meniru).
Media sosial merupakan situs dimana seseorang dapat membuat web page pribadi dan terhubung dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast , maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.
Media sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi. Dalam media sosial tidak ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang asalnya kecil bisa menjadi besar dengan media sosial, begitu pula sebaliknya.  Dan perilaku pengguna media sosial yang menyimpang merubah beberapa fungsi media itu sendiri.
Hampir pada setiap aspek kegiatan manusia, baik yang dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama selalu mempunyai hubungan dengan aktivitas komunikasi massa. Selain itu,animo individu atau masyarakat yang tinggi terhadap program komunikasi melalui media seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan internet menjadikan setiap saat individu atau masyarakat tidak terlepas dari terpaan atau menerpakan diri terhadap media massa. Media juga sebagai sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan.

2.2. Efek Kehadiran Media Massa
Mc Luhan mengatakan bahwa bentuk media sudah mempengaruhi kita. Menurutnya media sudah menjadi pesan karena media membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia. Media juga dianggap sebagai perluasan dari alat indera manusia. Telepon adalah perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata.
Efek kehadiran media massa di rumuskan oleh Steven H. Chaffe yang terdiri dari efek ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan, efek pada penyaluran atau penghilang perasaan tertentu dan efek pada perasaan orang terhadap media.
Efek ekonomis, kehadiran media massa menggerakkan lahirnya bebrbagai usaha dalam bidang jasa media massa, mulai dari produksi, distribusi hingga konsumsi.
Efek sosial berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial. Katakanlah seorang warga pedesaan yang memiliki televisi akan naik derajatnya sekaligus daapat mengembangkan interaksi sosial antar warga ketika ia mampu menghimpun penduduk sekitarnya misalnya pada acara nobar piala dunia, dll.
Media massa setidaknya memiliki empat fungsi utama, yaitu menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), membentuk opini atau pendapat (to persuade), dan menghibur (to entertain).
Dalam kajian sosiologi, maraknya media sosial erat hubungannya dengan bagaimana kita bersosialisasi, berteman, berinteraksi. Dengan munculnya media sosial tersebut kita mampu berkomunikasi satu sama lain, dalam ilmu sosiologi hal tersebut dinamakan bentuk komunikasi langsung. Komunikasi langsung dapat diartikan sebagai salah satu cara berinteraksi antara seseorang dengan orang lain secara langsung, baik melalui chat maupun melalui pesan.
Karena media telah menjadi kebutuhan masyarakat dalam tiap aspek kehidupannya, media memiliki peran penting dalam proses pembentukan masyarakat yang lebih dewasa dan modern dan pembentukan Konsep Diri. Hal ini dalam sosiologi disebut dengan istilah dramaturgi atau presentasi diri (The Presentation of Self ) untuk menjelaskan bagaimana seseorang menampilkan diri pada lingkungan atau panggung tertentu. Rachmah, Amy Julia. 2012. Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Sebagai Media Pembelajaran. EJPTI (Jurnal Elektronik Pendidikan Teknik Informatika) Volume 1, Nomor 3, Bulan November 2012]
Di era modern, manusia dipermudah dalam melakukan berbagai hal. Salah satu kemudahan yang diciptakan adalah berinteraksi melalui internet. Semakin berkembangnya internet memunculkan pola interaksi dapat dilakukan tanpa harus berada dalam ruang dan waktu yang bersamaan. Menurut Anthony Giddens, dengan adanya modernitas hubungan ruang dan waktu terputus yang kemudian ruang perlahan-lahan terpisah dari tempat.  Ritzer, George Ritzer dan J.Gooman, Douglas. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern . Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008. Hlm. 617]
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa manusia menciptakan interaksi baru tanpa harus bertemu secara fisik, yang salah satunya dilakukan melalui internet khususnya media sosial.
Pentingnya media massa, membuat peranannya begitu kuat dan hebat dalam mempengaruhi manusia. Manusia begitu tergantung pada media,hingga sampai ke urusan hidup sehari-hari. Media massa, seakan telah menjadi faktor penentu kehidupan manusia. Efek yang ditimbulkan oleh media itu sangat nyata dan jelas. Besarnya pengaruh media massa,menimbulkan efek pada kehidupan manusia.
Media massa seperti surat kabar, majalah, televisi dan radio, sering di jadikan objek studi, karena memang dipandang sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat. Asumsi itu ditopang oleh beberapa alasan, bahwa:
A.   Media merupakan industri yang berubah dan berkembang, yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait .
B.   Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.
C.   Media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen,dan inovasi dalam masyarakat, yang dapat di dayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
D.   Media adalah wadah yang menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
E.   Media seringkali berperan dalam mengembangkan kebudayaan, juga tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.
F.    Media telah menjadi sumber dominan, bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif.
G.   Media juga turut menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkandengan berita dan hiburan.Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung memicu perubahan serta banyak membawa pengaruh pada penetapan polahidup dan perilaku masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dapat memberi pengaruh yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.

Contoh konkrit dalam media sosial adalah ketika seorang remaja memperkenalkan diri melalui Facebook, twitter, snapchat dan beberapa media sosial lainya. Akun media sosial tersebut sengaja dibuat agar mempunyai citra yang baik untuk mewakili peran yang akan dimainkan oleh si pemilik. Begitu pula saat mereka memposting status, komentar, dan foto. Mereka sengaja membangun sebuah image yang baik, yang ingin diperlihatkan pada teman-temannya. Apa yang mereka perlihatkan di akun media sosial adalah sebuah front stage dari diri seorang remaja, dan teman-teman mereka di media sosial adalah penontonnya. Para remaja akan membuat segala macam cara untuk mempertahankan eksistensi diri mereka dalam lingkungannya. Mereka akan merasakan kebahagiaan tersendiri ketika orang lain dapat melihat image diri yang mereka bangun di akun media sosial-nya dan akan lebih bahagia lagi ketika ada temannya yang merasa iri dengan image yang mereka perankan.
Namun segalanya berubah ketika kita melihat para remaja tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Panggung tempat mereka bermain adalah panggung back stage, tidak ada penonton dari teman-teman nya di media sosial, mereka menampilkan peran yang berbeda dengan apa yang mereka bangun di panggung front stage .
Sehingga tidak mengherankan jika suatu saat kita bertemu dengan seseorang yang berbeda jauh ketika berada di Snapchat, Twitter, facebook dan media sosial lainya dengan ketika berada di realitas nyata. Contohnya, seseorang yang kita lihat sangat humoris dan banyak berbicara di dunia maya, tetapi ketika berinteraksi dalam kehidupan nyata ternyata ia adalah sosok yang pemalu dan pendiam. Namun biasanya yang dapat melihat peran back stage seseorang adalah keluarganya, karena keluarga tentu sudah tahu sifat asli dari remaja tersebut. Mereka tidak perlu membangun suatu panggung ketika berinteraksi dengan keluarga nya sendiri.
Para penonton remaja yang sedang berakting di front stage seringkali tertipu dan tidak dapat lagi membedakan apakah kehidupan serta image seorang remaja yang mereka lihat di sebuah media sosial adalah diri mereka yang sebenarnya atau yang palsu. Di tengah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, realitas telah hilang dan menguap. Kini kita hidup di zaman simulasi, di mana realitas tidak hanya diceritakan, dipresentasikan, dan disebarluaskan namun juga dapat direkayasa, dibuat dan disimulasi. Baudrillard memandang era simulasi dan hiper-realitas sebagai bagian dari rangkaian fase citraan yang berturut-turut.
Baudrillard menyatakan bahwa kita terbiasa hidup dalam cermin fantasi, dalam diri yang terbagi dan dalam alienasi. Saat ini kita hidup dalam fantasi sebuah layar, dan jaringan. Seluruh mesin kita adalah layar-layar. Kita pun akan menjadi layar dan interaksi manusia akan berubah menjadi interaksi pada layar. Kita dalah citra bagi satu sama lain, dimana satu-satunya takdir bagi sebuah mahluk citra adalah menjadi pengikut citra dalam layar.


3.1. Kesimpulan.
Pentingnya media massa, membuat peranannya begitu kuat dan hebat dalam mempengaruhi manusia. Manusia begitu tergantung pada media,hingga sampai ke urusan hidup sehari-hari. Media massa, seakan telah menjadi faktor penentu kehidupan manusia. Efek yang ditimbulkan oleh media itu sangat nyata dan jelas. Besarnya pengaruh media massa,menimbulkan efek pada kehidupan manusia
Pemahaman tentang diri sendiri dipengaruhi oleh keberadaan media dan komunikasi yang terjadi antar manusia, Karena media telah menjadi kebutuhan masyarakat dalam tiap aspek kehidupannya, media memiliki peran penting dalam proses pembentukan masyarakat yang lebih dewasa dan modern. Seperti yang terjadi dalam media sosial snapchat pengguna merasa dirinya mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan pengungkapan diri lewat postingan yang mereka lakukan dan mereka bagikan kepada pengguna lain. Namun sebenarnya mereka tidak tau apa yang mereka lakukan terlihat tidak sesuai dengan pribadinya yang formal.
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.
Namun dampak negative dari media sosial dalah dimana setiap individu ingin tampil dan menunjukan dirinya di setiap media sosial sehingga dengan demikian perilaku tersebut mendorong dirinya agar mendapat pengakuan dari pengguna media sosial lain dan pada akhirnya melupakan fungsi dari media tersebut.


Daftar pustaka.
Ritzer, George Ritzer dan J.Gooman, Douglas. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern . Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008. Hlm. 617]

Rachmah, Amy Julia. 2012. Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Sebagai Media Pembelajaran. EJPTI (Jurnal Elektronik Pendidikan Teknik Informatika) Volume 1, Nomor 3, Bulan November 2012]
Joseph A.DeVito. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Jakarta : karisma  2011.

Stephen W. Littlejohn. Karen A. Foss. Teori Komunikasi, Theories human communication. Jakarta . Salemba Humanika. 2011. ISBN 978-981-4281-88-1.


Pertanyaan wawancara.
1.    Sebelumnya apakah anda memiliki media sosial?
2.    Media sosial apa saja yang anda gunakan?
3.    Apa yang anda lakukan dengan media sosial tersebut?
4.    Berapa kali anda memposting status atau foto di masing masing media sosial tersebut?
5.    Apa  yang menurut anda menyenangkan dari media sosial?
6.    Bagaimana reaksi anda jika memiliki banyak penggemar?
7.    Apakah anda mengenal situs snapchat?
8.    Apakah anda memiliki akun di situs media sosial snapchat?
9.    Jika anda memiliki, apa yang anda ketahui dengan media sosial tersebut (snapchat)?
10. Bagaimana sebaiknya menurut anda bagi pengguan sosial dalam melakukan posting disetiap media sosial?
11. Seberapa besar pengaruh media sosial dalam kehidupan anda?

1 comment:

  1. Easy "water hack" burns 2 lbs OVERNIGHT

    Over 160 thousand men and women are trying a simple and secret "water hack" to burn 2lbs every night as they sleep.

    It's very easy and it works on anybody.

    This is how to do it yourself:

    1) Go grab a clear glass and fill it up with water half the way

    2) And now use this crazy hack

    you'll become 2lbs skinnier when you wake up!

    ReplyDelete