Psikologi
Komunikasi : Media Sosial Dan Identitas
Pengguna
Analisis Konsep Diri dan Perilaku Mahasiswa Mercubuana Dalam Akun
Media Sosial Snapchat
1.1. Latar
belakang.
Media adalah alat
(sarana) komunikasi, seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan
spanduk. Jika
ditarik dari pengertian diatas, maka media sosial adalah sarana komunikasi
untuk melakukan interaksi sosial. Dewasa ini,
terdapat berbagai macam media sosial, seperti Facebook, Twitter, Line, Whatsapp, Snapchat dan lain sebagainya, yang
membuat seseorang bisa berinteraksi dengan orang lainnya tanpa harus bertemu
secara langsung. Namun dalam hal yang sebenarnya adalah para pengguna media
sosial kadang tidak memahami akan media sosial itu sendiri, dan perilaku mereka
kadang tidak mencerminkan pribadinya dalam kehidupan yang sesungguhnya,
sehingga dimana media mempengaruhi sebagian perilaku manusia dalam kehidupan
pribadinya dan lingkunganya.
Dalam
bukunya yang berjudul ‘The Presentation of Self in Everyday Life’, Goffman
menyebutkan istilah self presentation (presentasi diri) dengan impression
management (manajemen kesan). Goffman (1959) menemukan teori ini dalam hubungan
interaksi interpersonal. Menurutnya, pesan itu dapat berupa kata-kata,
tindakan, gaya berpakaian, dan cara-cara lain yang dapat menggambarkan dan
membentuk persepsi orang lain terhadap diri kita (Mulyana, 2003).
Dari sekian banyak media sosial yang
ada, penggunanya pun tidak sedikit. Pada tahun 2015, pengguna internet tanah air yang mencapai 72,7 juta
penduduk, pengguna sosial media aktif 74 juta penduduk, total perangkat mobile
308 juta perangkat. Lalu, apa
dampak dari media sosial yang digunakan oleh sekian banyak orang tersebut dalam
pembentukan identitas diri mereka?
Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti Mahasiswa
Mercubuana yang menggunakan media sosial Snapchat,
dan konsep diri pengguna media sosial tersebut, yang mencerminkan pribadinya. Penelitian
ini menggunakan desain penelitian deskriptif, Dalam penelitian deskriptif
bersifat tidak terlalu mengutamakan makna, sebaliknya, penekanannya pada deskriptif lebih banyak
menganalisis permukaan data, hanya memperhatikan proses-proses kejadian suatu
fenomena, bukan kedalaman data ataupun makna data. Peneliti melakukan
pendekatan langsung dengan pengguna media sosial Snapchat.
Peneliti
melakukan riset dalam setting yang alamiah dan membiarkan peristiwa yang di teliti mengalir tanpa mengontrol
objek yang di teliti hanya melalui pendekatan interpretif (subjektif).
1.2. Tujuan
Dalam penelitian ini penulis bertujan meneliti
perilaku yang muncul karena media sosial Snapchat, dan proses terbentuknya
konsep diri dalam perilaku sosial yang terjadi.
Peneliti juga bermaksud mencari tahu seberapa
besar ketertarikan pengguna sosial dalam memanfaatkan fitur fitur yang ada di
dalam media sosial tersebut sehingga perilaku imitasi terbentuk dari media
massa yang memberikan informasi tentang penggunaan media tersebut.
1.3. Teori dan konsep.
·
Teori pembelajaran sosial
Teori pembelajaran sosial adalah teori yang memprediksi perilaku dengan melihat
cara lain yang dilakukan individu dalam memproses informasi. Teori ini
menjelaskan bahwa contoh dari personal tertentu atau media massa dapat menjadi penting dalam usaha memperoleh
perilaku yang baru. Individu melakukan proses imitasi atas apa yang mereka lihat
dari media (meniru). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan
oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari
prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak
penekanan pada kesan dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses
mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan
penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan
kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain. Dalam
pandangan belajar sosial “manusia” itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan
dari dalam dan juga tidak “dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan.
·
Uses and Gratifications Model
Model
ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia
tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Studi dalam bidang ini
memusatkan perhatian pada penggunanaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan
(gratifications) atas kebutuhan seseorang. Asal mula
terciptanya Teori Uses and Gratifications yaitu beberapa peneliti meneliti
kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial, Penelitian ini meneliti
bagaimana faktor-faktor sosial dan psikologis, termasuk kebutuhan untuk
aktivasi, berinteraksi untuk menghasilkan gaya hidup dan pola penggunaan media
yang berbeda. Penelitian ini mengidentifikasi empat jenis gaya hidup yang
anggotanya berbeda secara signifikan pada berbagai variabel, termasuk surat
kabar dan majalah berita pembaca, dan gratifikasi dicari dari televisi kabel.
Orang dengan kebutuhan tinggi untuk aktivasi memiliki gaya hidup yang
melibatkan paparan yang lebih besar untuk sumber-sumber media informasi urusan
publik dibandingkan dengan kebutuhan yang lebih rendah untuk aktivasi dan gaya
hidup yang kurang kosmopolitan. Hasilnya menunjukkan bahwa akar dari penggunaan
media yang jauh lebih dalam dari yang diyakini sebelumnya. Teori Uses and
Gratifications memusatkan perhatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh
gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan.Teori
Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan (Uses and Gratifications Theory)menurut Elihu Katz,
Jay G. Blumer, dan Michael Gurevitch mengasumsikan mengenai peran anggota
Individu atau sekelompok masyarakat dalam proses komunikasi massa secara aktif
mencari media tertentu dan muatan untuk menghasilkan hasil yang memuaskan.
2.1. Pembahasan.
Dalam
era globalisasi ini, teknologi semakin maju, tidak dapat dipungkiri hadirnya
internet semakin dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kegiatan
sosialisasi, pendidikan, bisnis, dan sebagainya. Hampir semua orang di
Indonesia memiliki smartphone , dengan semakin majunya internet dan
hadirnya smartphone maka media sosial pun ikut berkembang pesat.
Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti pengguna
media sosial dalam menggunakan media sosial tidak pada tempatnya, dalam hal ini
para pengguna media sosial tidak memahami dengan baik apa yang harus dan tidak
dilakukan dalam menggunakan media sosial, dan pembentukan konsep diri yang
menduplikasi bahasa media massa yaitu media sosial. Di Indonesia sendiri masih
banyak pengguna sosial media yang dapat dikatakan kurang paham dengan fungsi
dan kegunaan media yang mereka gunakan sehingga mereka melakukan hal hal yang
sangat merugikan dirinya juga pengguna media sosial tersebut. termasuk dalam
aplikasi media sosial SnapChat.
Snapchat adalah aplikasi pesan foto dan video yang dikembangkan Evan Spiegel,
Bobby Murphy, dan Reggie Brown saat masih kuliah di Universitas Stanford.
Dengan aplikasi ini, pengguna dapat mengambil foto, merekam video, menambahkan
teks dan lukisan, dan mengirimkannya ke daftar penerima yang ditentukan
pengguna. Di antara beberapa
aplikasi pesan yang bertebaran di Play Store dan App Store, ada satu aplikasi
yang punya fitur berbeda, menempatkannya di segmen lebih spesifik ketimbang
yang lain. Snapchat acapkali jadi perbincangan di media lokal dan
internasional, soal keunikannya dan juga keberhasilannya mempertahankan
eksistensi di antara himpitan pengembang besar lainnya. Di tanah air Snapchat
belum begitu populer, tapi melihat tren penggunaan smartphone
yang terus bertumbuh, ada harapan besar ia akan jadi salah satu
aplikasi favorit.
Penulis melakukan penelitian terhdap perilaku
mahasiswa mercubuana yang memiliki aplikasi snpchat. Dimana aplikasi ini
mempengaruhi komunikasi yang memberikan citra diri dari pengguna media sosial tersebut.
Perilaku ini dikarenakan pengaruh media yang secara
tidak langsung membuat seseorang ingin selalu terlihat menonjol di manapun,
sehingga tidak memperdulikan batasan dan fungsi dari media sosial yang
digunakan. Padahal sudah jelas setiap media sosial dibuat untuk fungsi yang
berbeda. Hal ini tentunya sangat perlu diperhatikan agar penggunaan medi sosial
tidak memberikan efek buruk terhadap citra diri penggunanya.
Aplikasi snapchat sendiri memiliki fasilitas, fitur
dimana penggunanya dapat memposting video dengan karakter yang sangat menarik,
namun hal tersebut tidak sesuai dengan perilaku manusia pada umumnya. Contohnya
adalah aplikasi snapchat yang dapat digunakan penggunanya memposting video
dengan wajah mereka tampak seperti binatang lucu dengan lidah menjulur dan
telinga lebar (anjing). Tentu hal ini
sangat mencerminkan perilaku pengguna yang tidak paham akan nilai estetika
sebuah perilaku yang baik dan sewajarnya berperilaku seperti manusia, walau
terkesan lucu dan menarik tapi itu tidak pantas di lakukan.
Namun penggunanya mengesampingkan hal tersebut, hal
itu terdapat dalam teori pembelajaran dan sosial dan efek media massa. Pengguna
media sosial snapchat mengadaptasi atau meniru khalyak ramai agar terlihat
eksis dengan menggunakan aplikasi tersebut. Teori pembelajaran sosial adalah teori
yang memprediksi perilaku dengan melihat cara lain yang dilakukan individu
dalam memproses informasi. Teori ini menjelaskan bahwa contoh dari personal
tertentu atau media massa dapat menjadi penting
dalam usaha memperoleh perilaku yang baru. Individu melakukan proses imitasi
atas apa yang mereka lihat dari media (meniru).
Media
sosial merupakan situs dimana seseorang dapat membuat web
page pribadi dan terhubung dengan setiap orang yang tergabung dalam media
sosial yang sama untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jika media
tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast , maka media
sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik
untuk berpartisipasi dengan memberi feedback secara terbuka, memberi
komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.
Media
sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi. Dalam media sosial tidak
ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun
mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh
yang besar dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang asalnya kecil bisa menjadi
besar dengan media sosial, begitu pula sebaliknya. Dan perilaku pengguna media sosial yang
menyimpang merubah beberapa fungsi media itu sendiri.
Hampir pada setiap aspek kegiatan manusia, baik
yang dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama selalu mempunyai hubungan dengan
aktivitas komunikasi massa. Selain itu,animo individu atau masyarakat yang
tinggi terhadap program komunikasi melalui media seperti surat kabar, majalah,
radio, televisi, film dan internet menjadikan setiap saat individu atau
masyarakat tidak terlepas dari terpaan atau menerpakan diri terhadap media massa.
Media juga sebagai sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan
informasi maupun hiburan.
2.2. Efek Kehadiran Media Massa
Mc Luhan mengatakan bahwa bentuk media sudah mempengaruhi
kita. Menurutnya media sudah menjadi pesan karena media membentuk dan
mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia. Media juga
dianggap sebagai perluasan dari alat indera manusia. Telepon adalah perpanjangan
telinga dan televisi adalah perpanjangan mata.
Efek kehadiran media massa di rumuskan oleh Steven H.
Chaffe yang terdiri dari efek ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan
kegiatan, efek pada penyaluran atau penghilang perasaan tertentu dan efek pada
perasaan orang terhadap media.
Efek ekonomis, kehadiran media massa menggerakkan
lahirnya bebrbagai usaha dalam bidang jasa media massa, mulai dari produksi,
distribusi hingga konsumsi.
Efek sosial berkenaan dengan perubahan pada struktur atau
interaksi sosial. Katakanlah seorang warga pedesaan yang memiliki televisi akan
naik derajatnya sekaligus daapat mengembangkan interaksi sosial antar warga
ketika ia mampu menghimpun penduduk sekitarnya misalnya pada acara nobar piala
dunia, dll.
Media massa setidaknya memiliki empat fungsi utama,
yaitu menginformasikan (to inform), mendidik (to educate),
membentuk opini atau pendapat (to persuade), dan menghibur (to
entertain).
Dalam
kajian sosiologi, maraknya media sosial erat hubungannya dengan bagaimana kita
bersosialisasi, berteman, berinteraksi. Dengan munculnya media sosial tersebut
kita mampu berkomunikasi satu sama lain, dalam ilmu sosiologi hal tersebut
dinamakan bentuk komunikasi langsung. Komunikasi langsung dapat diartikan
sebagai salah satu cara berinteraksi antara seseorang dengan orang lain secara
langsung, baik melalui chat maupun melalui pesan.
Karena
media telah menjadi kebutuhan masyarakat dalam tiap aspek kehidupannya, media
memiliki peran penting dalam proses pembentukan masyarakat yang lebih dewasa
dan modern dan pembentukan Konsep Diri. Hal
ini dalam sosiologi disebut dengan istilah dramaturgi atau presentasi diri (The
Presentation of Self ) untuk menjelaskan bagaimana seseorang menampilkan
diri pada lingkungan atau panggung tertentu. Rachmah, Amy Julia. 2012.
Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Sebagai Media Pembelajaran. EJPTI
(Jurnal Elektronik Pendidikan Teknik Informatika) Volume 1, Nomor 3, Bulan
November 2012]
Di
era modern, manusia dipermudah dalam melakukan berbagai hal. Salah satu kemudahan
yang diciptakan adalah berinteraksi melalui internet. Semakin berkembangnya
internet memunculkan pola interaksi dapat dilakukan tanpa harus berada dalam
ruang dan waktu yang bersamaan. Menurut Anthony Giddens, dengan adanya
modernitas hubungan ruang dan waktu terputus yang kemudian ruang perlahan-lahan
terpisah dari tempat. Ritzer, George Ritzer dan
J.Gooman, Douglas. Teori Sosiologi
Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern . Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008. Hlm. 617]
Dari
pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa manusia menciptakan interaksi baru
tanpa harus bertemu secara fisik, yang salah satunya dilakukan melalui internet
khususnya media sosial.
Pentingnya media massa, membuat peranannya begitu kuat dan hebat dalam
mempengaruhi manusia. Manusia begitu tergantung pada media,hingga sampai ke
urusan hidup sehari-hari. Media massa, seakan telah menjadi faktor penentu
kehidupan manusia. Efek yang ditimbulkan oleh media itu sangat nyata dan jelas.
Besarnya pengaruh media massa,menimbulkan efek pada kehidupan manusia.
Media massa seperti surat kabar, majalah, televisi dan radio, sering di jadikan
objek studi, karena memang dipandang sebagai suatu institusi penting dalam
masyarakat. Asumsi itu ditopang oleh beberapa alasan, bahwa:
A.
Media merupakan industri yang berubah
dan berkembang, yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa, serta
menghidupkan industri lain yang terkait .
B.
Media juga merupakan industri
tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi
tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.
C.
Media massa merupakan sumber kekuatan,
alat kontrol, manajemen,dan inovasi dalam masyarakat, yang dapat di dayagunakan
sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
D.
Media adalah wadah yang menampilkan
peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
E.
Media seringkali berperan dalam
mengembangkan kebudayaan, juga tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.
F.
Media telah menjadi sumber dominan,
bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial,
tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif.
G.
Media juga turut menyuguhkan
nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkandengan berita dan
hiburan.Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung memicu
perubahan serta banyak membawa pengaruh pada penetapan polahidup dan perilaku
masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dapat memberi pengaruh yang
berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan namun efektif, media
membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya
dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.
Contoh
konkrit dalam media sosial adalah ketika seorang remaja memperkenalkan diri
melalui Facebook, twitter, snapchat dan beberapa media sosial lainya. Akun media
sosial tersebut sengaja dibuat agar mempunyai citra yang baik untuk mewakili
peran yang akan dimainkan oleh si pemilik. Begitu pula saat mereka
memposting status, komentar, dan foto. Mereka sengaja membangun
sebuah image yang baik, yang ingin diperlihatkan pada teman-temannya.
Apa yang mereka perlihatkan di akun media sosial adalah sebuah front
stage dari diri seorang remaja, dan teman-teman mereka di media sosial
adalah penontonnya. Para remaja akan membuat segala macam cara untuk
mempertahankan eksistensi diri mereka dalam lingkungannya. Mereka akan
merasakan kebahagiaan tersendiri ketika orang lain dapat melihat image diri
yang mereka bangun di akun media sosial-nya dan akan lebih bahagia lagi ketika
ada temannya yang merasa iri dengan image yang mereka perankan.
Namun
segalanya berubah ketika kita melihat para remaja tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Panggung tempat mereka bermain adalah panggung back stage,
tidak ada penonton dari teman-teman nya di media sosial, mereka menampilkan
peran yang berbeda dengan apa yang mereka bangun di panggung front
stage .
Sehingga
tidak mengherankan jika suatu saat kita bertemu dengan seseorang yang berbeda
jauh ketika berada di Snapchat, Twitter, facebook dan media sosial lainya
dengan ketika berada di realitas nyata. Contohnya, seseorang yang kita lihat
sangat humoris dan banyak berbicara di dunia maya, tetapi ketika berinteraksi
dalam kehidupan nyata ternyata ia adalah sosok yang pemalu dan pendiam. Namun
biasanya yang dapat melihat peran back stage seseorang adalah keluarganya,
karena keluarga tentu sudah tahu sifat asli dari remaja tersebut. Mereka tidak
perlu membangun suatu panggung ketika berinteraksi dengan keluarga nya sendiri.
Para
penonton remaja yang sedang berakting di front stage seringkali
tertipu dan tidak dapat lagi membedakan apakah kehidupan
serta image seorang remaja yang mereka lihat di sebuah media sosial
adalah diri mereka yang sebenarnya atau yang palsu. Di tengah kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, realitas telah hilang dan menguap. Kini
kita hidup di zaman simulasi, di mana realitas tidak hanya diceritakan,
dipresentasikan, dan disebarluaskan namun juga dapat direkayasa, dibuat dan
disimulasi. Baudrillard memandang era simulasi dan hiper-realitas sebagai
bagian dari rangkaian fase citraan yang berturut-turut.
Baudrillard
menyatakan bahwa kita terbiasa hidup dalam cermin fantasi, dalam diri yang
terbagi dan dalam alienasi. Saat ini kita hidup dalam fantasi sebuah layar, dan
jaringan. Seluruh mesin kita adalah layar-layar. Kita pun akan menjadi layar
dan interaksi manusia akan berubah menjadi interaksi pada layar. Kita dalah
citra bagi satu sama lain, dimana satu-satunya takdir bagi sebuah mahluk citra
adalah menjadi pengikut citra dalam layar.
3.1. Kesimpulan.
Pentingnya media massa, membuat peranannya begitu kuat dan hebat dalam
mempengaruhi manusia. Manusia begitu tergantung pada media,hingga sampai ke
urusan hidup sehari-hari. Media massa, seakan telah menjadi faktor penentu
kehidupan manusia. Efek yang ditimbulkan oleh media itu sangat nyata dan jelas.
Besarnya pengaruh media massa,menimbulkan efek pada kehidupan manusia
Pemahaman
tentang diri sendiri dipengaruhi oleh keberadaan media dan komunikasi yang
terjadi antar manusia, Karena media telah menjadi kebutuhan masyarakat dalam
tiap aspek kehidupannya, media memiliki peran penting dalam proses pembentukan
masyarakat yang lebih dewasa dan modern. Seperti yang terjadi dalam media
sosial snapchat pengguna merasa dirinya mendapatkan apa yang mereka inginkan
dengan pengungkapan diri lewat postingan yang mereka lakukan dan mereka bagikan
kepada pengguna lain. Namun sebenarnya mereka tidak tau apa yang mereka lakukan
terlihat tidak sesuai dengan pribadinya yang formal.
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat
terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang
seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.
Namun dampak negative dari media sosial dalah dimana setiap individu
ingin tampil dan menunjukan dirinya di setiap media sosial sehingga dengan
demikian perilaku tersebut mendorong dirinya agar mendapat pengakuan dari
pengguna media sosial lain dan pada akhirnya melupakan fungsi dari media
tersebut.
Daftar pustaka.
Ritzer,
George Ritzer dan J.Gooman, Douglas. Teori
Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern . Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008. Hlm. 617]
Rachmah, Amy Julia. 2012. Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Sebagai Media
Pembelajaran. EJPTI (Jurnal Elektronik Pendidikan Teknik
Informatika) Volume 1, Nomor 3, Bulan November 2012]
Joseph A.DeVito. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima. Jakarta : karisma 2011.
Stephen W. Littlejohn. Karen A. Foss. Teori Komunikasi, Theories human communication. Jakarta
. Salemba Humanika. 2011. ISBN 978-981-4281-88-1.
Pertanyaan wawancara.
1.
Sebelumnya apakah
anda memiliki media sosial?
2.
Media sosial apa
saja yang anda gunakan?
3.
Apa yang anda
lakukan dengan media sosial tersebut?
4.
Berapa kali anda
memposting status atau foto di masing masing media sosial tersebut?
5.
Apa yang menurut anda menyenangkan dari media
sosial?
6.
Bagaimana reaksi
anda jika memiliki banyak penggemar?
7.
Apakah anda
mengenal situs snapchat?
8.
Apakah anda
memiliki akun di situs media sosial snapchat?
9.
Jika anda
memiliki, apa yang anda ketahui dengan media sosial tersebut (snapchat)?
10. Bagaimana sebaiknya menurut anda bagi pengguan
sosial dalam melakukan posting disetiap media sosial?
11. Seberapa besar pengaruh media sosial dalam
kehidupan anda?
Easy "water hack" burns 2 lbs OVERNIGHT
ReplyDeleteOver 160 thousand men and women are trying a simple and secret "water hack" to burn 2lbs every night as they sleep.
It's very easy and it works on anybody.
This is how to do it yourself:
1) Go grab a clear glass and fill it up with water half the way
2) And now use this crazy hack
you'll become 2lbs skinnier when you wake up!