Thursday, 8 June 2017

ETIKA PERIKLANAN INDONESIA (EPI)

ETIKA PERIKLANAN DI INDONESIA



Diatur dalam Etika Pariwara Indonesia Indonesia (EPI)

EPI menyusun pedoman tata krama periklanannya melalui dua tatanan :
Tata Krama (Code of Conducts)

Metode penyebarluasan pesan periklanan kepada masyarakat, yang bukan tentang unsur efektivitas, estetika, dan seleranya. Adapun ketentuan yang dibahas meliputi:
- Tata krama isi iklan
- Tata krama raga iklan
- Tata krama pemeran iklan
- Tata krama wahana iklan
Tata Cara (Code of Practices)
Hanya mengatur praktek usaha para pelaku periklanan dalam memanfaatkan ruang dan waktu iklan yang adil bagi semua pihak yang saling berhubungan.
Ada 3 asas umum yang EPI jadikan dasar, yaitu :
1. Jujur, benar, dan bertanggung jawab.
2. Bersaing secara sehat.
3. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.


Tata Krama Periklanan yang diatur oleh EPI
Diatur berdasarkan isi iklan dan ragam iklan :

1. Isi Iklan

1.1 Hak Cipta
Penggunaan, penyebaran, penggandaan, penyiaran atau pemanfaatan lain materi atau bagian dari materi periklanan yang bukan milik sendiri, harus atas ijin tertulis dari pemilik atau pemegang merek yang sah.

1.2 Bahasa
1.2.1 Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya, dan tidak menggunakan persandian (enkripsi) yang dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan tersebut.

1.2.2 Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor satu”, ”top”, atau kata-kata berawalan “ter“, dan atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.

1.2.3 Penggunaan kata-kata tertentu harus memenuhi ketentuan berikut:
a. Penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli” untuk menyatakan sesuatu kandungan, kadar, bobot, tingkat mutu, dan sebagainya, harus dapat dibuktikan dengan pernyataan
tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.
b. Penggunaan kata ”halal” dalam iklan hanya dapat dilakukan oleh produk-produk yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia, atau lembaga yang
berwenang.
c. Pada prinsipnya kata halal tidak untuk diiklankan. Penggunaan kata “halal” dalam iklan pangan hanya dapat ditampilkan berupa label pangan yang mencantumkan logo
halal untuk produk–produk yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia atau lembaga yang berwenang.
d. Kata-kata ”presiden”, ”raja”, ”ratu” dan sejenisnya tidak boleh digunakan dalam kaitan atau konotasi yang negatif.

1.3 Tanda Asteris (*)
1.3.1 Tanda asteris pada iklan di media cetak tidak boleh digunakan untuk menyembunyikan, menyesatkan, membingungkan atau membohongi khalayak tentang kualitas, kinerja, atau harga sebenarnya dari produk yang diiklankan, ataupun tentang
ketidaktersediaan sesuatu produk.
1.3.2 Tanda asteris pada iklan di media cetak hanya boleh digunakan untuk memberi penjelasan lebih rinci atau sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda tersebut.

1.4 Penggunaan Kata ”Satu-satunya”
Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata “satu-satunya” atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-satunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.

1.5 Pemakaian Kata “Gratis”

Kata “gratis” atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh dicantumkan dalam iklan, bila ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang dikenakan kepada konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas.

1.6 Pencantum Harga
Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus ditampakkan dengan jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan diperolehnya dengan harga tersebut.

1.7 Garansi
Jika suatu iklan mencantumkan garansi atau jaminan atas mutu suatu produk, maka dasar-dasar jaminannya harus dapat dipertanggungjawabkan.

1.8 Janji Pengembalian Uang (warranty)
Jika suatu iklan menjanjikan pengembalian uang ganti rugi atas pembelian suatu produk yang ternyata mengecewakan konsumen, maka:
1.8.1. Syarat-syarat pengembalian uang tersebut harus dinyatakan secara jelas dan lengkap, antara lain jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin, dan jangka waktu berlakunya pengembalian uang.
1.8.2. Pengiklan wajib mengembalikan uang konsumen sesuai janji yang telah diiklankannya.

1.9 Rasa Takut dan Takhayul
Iklan tidak boleh menimbulkan atau mempermainkan rasa takut, maupun memanfaatkan kepercayaan orang terhadap takhayul, kecuali untuk tujuan positif.

1.10 Kekerasan
Iklan tidak boleh – langsung maupun tidak langsung – menampilkan adegan kekerasan yang merangsang atau memberi kesan membenarkan terjadinya tindakan kekerasan.

1.11 Keselamatan
Iklan tidak boleh menampilkan adegan yang mengabaikan segi-segi keselamatan, utamanya jika ia tidak berkaitan dengan produk yang diiklankan.

1.12 Perlindungan Hak-hak Pribadi
Iklan tidak boleh menampilkan atau melibatkan seseorang tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari yang bersangkutan, kecuali dalam penampilan yang bersifat massal, atau sekadar sebagailatar, sepanjang penampilan tersebut tidak merugikan yang bersangkutan.

1.13 Hiperbolisasi
Boleh dilakukan sepanjang ia semata-mata dimaksudkan sebagai penarik perhatian atau humor yang secara sangat jelas berlebihan atau tidak masuk akal, sehingga tidak menimbulkan salah persepsi dari khalayak yang disasarnya.

1.14 Waktu Tenggang (elapse time)
Iklan yang menampilkan adegan hasil atau efek dari penggunaan produk dalam jangka waktu tertentu, harus jelas mengungkapkan memadainya rentang waktu tersebut.

1.15 Penampilan Pangan
Iklan tidak boleh menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau perlakuan yang tidak pantas lain terhadap makanan atau minuman.

1.16 Penampilan Uang
1.16.1 Penampilan dan perlakuan terhadap uang dalam iklan haruslah sesuai dengan norma-norma kepatutan, dalam pengertian tidak mengesankan pemujaan ataupun pelecehan yang berlebihan.
1.16.2 Iklan tidak boleh menampilkan uang sedemikian rupa sehingga merangsang orang untuk memperolehnya dengan cara-cara yang tidak sah.
1.16.3 Iklan pada media cetak tidak boleh menampilkan uang dalam format frontal dan skala 1:1, berwarna ataupun hitam-putih.
1.16.4 Penampilan uang pada media visual harus disertai dengan tanda “specimen” yang dapat terlihat jelas.

1.17 Kesaksian Konsumen (testimony).
1.17.1 Pemberian kesaksian hanya dapat dilakukan atas nama perorangan, bukan mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.
1.17.2 Kesaksian konsumen harus merupakan kejadian yang benarbenar dialami, tanpa maksud untuk melebih-lebihkannya.
1.17.3 Untuk produk-produk yang hanya dapat memberi manfaat atau bukti kepada konsumennya dengan penggunaan yang teratur dan atau dalam jangka waktu tertentu, maka pengalaman sebagaimana dimaksud dalam butir 1.17.2 di atas juga harus
telah memenuhi syarat-syarat keteraturan dan jangka waktu tersebut.
1.17.4 Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditanda tangani oleh konsumen tersebut.
1.17.5 Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika diminta oleh lembaga penegak etika, harus dapat diberikan secara lengkap. Pemberi kesaksian pun harus dapat dihubungi pada hari dan jam kantor biasa.

1.18 Anjuran (endorsement)
1.18.1 Pernyataan, klaim atau janji yang diberikan harus terkait dengan kompetensi yang dimiliki oleh penganjur.
1.18.2 Pemberian anjuran hanya dapat dilakukan oleh individu, tidak diperbolehkan mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.

1.19 Perbandingan
1.19.1 Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek teknis produk, dan dengan kriteria yang tepat sama.
1.19.2 Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka metodologi, sumber dan waktu penelitiannya harus diungkapkan secara jelas. Pengggunaan data riset tersebut harus sudah memperoleh persetujuan atau verifikasi dari organisasi
penyelenggara riset tersebut.
1.19.3 Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak menyesatkan khalayak.

1.20 Perbandingan Harga
Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan kemanfaatan penggunaan produk, dan harus disertai dengan penjelasan atau penalaran yang memadai.

1.21 Merendahkan
Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.

1.22 Peniruan
1.22.1 Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyesatkan atau membingungkan khalayak. Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur cerita, setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam pengertian eksekusi
termasuk model, kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi huruf dan gambar, komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan properti.
1.22.2 Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu digunakan oleh sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan hingga kurun dua tahun terakhir.
1.23 Istilah Ilmiah dan Statistik
Iklan tidak boleh menyalahgunakan istilah-istilah ilmiah dan statistic untuk menyesatkan khalayak, atau menciptakan kesan yang berlebihan.

1.24 Ketiadaan Produk
Iklan hanya boleh dimediakan jika telah ada kepastian tentang tersedianya produk yang diiklankan tersebut.

1.25 Ketaktersediaan Hadiah
Iklan tidak boleh menyatakan “selama persediaan masih ada” atau kata-kata lain yang bermakna sama.

1.26 Pornografi dan Pornoaksi
Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dengan cara apa pun, dan untuk tujuan atau alasan apa pun.

1.27 Khalayak Anak-anak
1.27.1 Iklan yang ditujukan kepada khalayak anak-anak tidak boleh menampilkan hal-hal yang dapat mengganggu atau merusak jasmani dan rohani mereka, memanfaatkan kemudahpercayaan, kekurangpengalaman, atau kepolosan mereka.
1.27.2 Film iklan yang ditujukan kepada, atau tampil pada segmen waktu siaran khalayak anak-anak dan menampilkan adegan kekerasan, aktivitas seksual, bahasa yang tidak pantas, dan atau dialog yang sulit wajib mencantumkan kata-kata “Bimbingan Orangtua” atau simbol yang bermakna sama.

2. Ragam Iklan

2.1 Minuman Keras
Iklan minuman keras maupun gerainya hanya boleh disiarkan di media nonmassa dan wajib memenuhi ketentuan berikut:
2.1.1 Tidak mempengaruhi atau merangsang khalayak untuk mulai meminum minuman keras.
2.1.2 Tidak menyarankan bahwa tidak meminum minuman keras adalah hal yang tidak wajar.
2.1.3 Tidak menggambarkan penggunaan minuman keras dalam kegiatan-kegiatan yang dapat membahayakan keselamatan.
2.1.4 Tidak menampilkan ataupun ditujukan terhadap anak-anak di bawah usia 17 tahun dan atau wanita hamil.

2.2 Rokok dan Produk Tembakau
2.2.1 Iklan rokok tidak boleh dimuat pada media periklanan yang sasaran utama khalayaknya berusia di bawah 17 tahun.
2.2.2 Penyiaran iklan rokok dan produk tembakau wajib memenuhi ketentuan berikut:
a. Tidak merangsang atau menyarankan orang untuk merokok;
b. Tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi kesehatan;
c. Tidak memperagakan atau menggambarkan dalam bentuk gambar, tulisan, atau gabungan keduanya, bungkus rokok, rokok, atau orang sedang merokok, atau mengarah pada orang yang sedang merokok;
d. Tidak ditujukan terhadap atau menampilkan dalam bentuk gambar atau tulisan, atau gabungan keduanya, anak, remaja, atau wanita hamil;
e. Tidak mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah rokok;
f. Tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

2.3 Obat-obatan
2.3.1 Iklan tidak boleh secara langsung maupun tersamar menganjurkan penggunaan obat yang tidak sesuai dengan ijin indikasinya.
2.3.2 Iklan tidak boleh menganjurkan pemakaian suatu obat secara berlebihan.
2.3.3 Iklan tidak boleh menggunakan kata, ungkapan, penggambaran atau pencitraan yang menjanjikan penyembuhan, melainkan hanya untuk membantu menghilangkan gejala dari sesuatu penyakit.
2.3.4 Iklan tidak boleh menggambarkan atau menimbulkan kesan pemberian anjuran, rekomendasi, atau keterangan tentang penggunaan obat tertentu oleh profesi kesehatan seperti dokter, perawat, farmasis, laboratoris, dan pihak-pihak yang mewakili
profesi kesehatan, beserta segala atribut, maupun yang berkonotasi profesi kesehatan.
2.3.5 Iklan tidak boleh menganjurkan bahwa suatu obat merupakan syarat mutlak untuk mempertahankan kesehatan tubuh.
2.3.6 Iklan tidak boleh memanipulasi atau mengekspolitasi rasa takut orang terhadap sesuatu penyakit karena tidak menggunakan obat yang diiklankan.
2.3.7 Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata yang berlebihan seperti “aman”, “tidak berbahaya”, “bebas efek samping”, “bebas risiko” dan ungkapan lain yang bermakna sama, tanpa disertai keterangan yang memadai.
2.3.8 Iklan tidak boleh menawarkan diagnosa pengobatan atau perawatan melalui surat-menyurat.
2.3.9 Iklan tidak boleh menawarkan jaminan pengembalian uang (warranty).
2.3.10 Iklan tidak boleh menyebutkan adanya kemampuan untuk menyembuhkan penyakit dalam kapasitas yang melampaui batas atau tidak terbatas.

2.4 Produk Pangan
2.4.1 Iklan tidak boleh menampilkan pemeran balita untuk produk yang bukan diperuntukkan bagi balita.
2.4.2 Iklan tentang pangan olahan yang mengandung bahan yang berkadar tinggi sehingga dapat membahayakan dan atau mengganggu pertumbuhan dan atau perkembangan anak–anak, dilarang dimuat dalam media yang secara khusus ditujukan
kepada anak–anak.
2.4.3 Iklan tentang pangan yang diperuntukkan bagi bayi, dilarang dimuat dalam media massa. Pemuatan pada media nonmassa, harus sudah mendapat persetujuan Menteri Kesehatan, atau lembaga lain yang mempunyai kewenangan serta mencantumkan keterangan bahwa ia bukan pengganti ASI.

2.5 Vitamin, Mineral, dan Suplemen
2.5.1 Iklan harus sesuai dengan indikasi jenis produk yang disetujui oleh Departemen Kesehatan RI atau badan yang berwenang untuk itu.
2.5.2 Iklan tidak boleh menyatakan atau memberi kesan bahwa vitamin, mineral atau suplemen selalu dibutuhkan untuk melengkapi makanan yang sudah sempurna nilai gizinya.
2.5.3 Iklan tidak boleh menyatakan atau memberi kesan bahwa penggunaan vitamin, mineral dan suplemen adalah syarat mutlak bagi semua orang, dan memberi kesan sebagai obat.
2.5.4 Iklan tidak boleh menyatakan bahwa kesehatan, kegairahan dan kecantikan akan dapat diperoleh hanya dari penggunaan vitamin, mineral atau suplemen.
2.5.5 Iklan tidak boleh mengandung pernyataan tentang peningkatan kemampuan secara langsung atau tidak langsung.

2.6 Produk Peningkat Kemampuan Seks
2.6.1 Iklan produk peningkat kemampuan seks hanya boleh disiarkan dalam media dan waktu penyiaran yang khusus untuk orang dewasa.
2.6.2 Produk obat-obatan, vitamin, jamu, pangan, jasa manipulasi, mantra dan sebagainya, tidak boleh secara langsung, berlebihan, dan atau tidak pantas, menjanjikan peningkatan kemampuan seks.

2.7 Kosmetika
2.7.1 Iklan harus sesuai dengan indikasi jenis produk yang disetujui oleh Departemen Kesehatan RI, atau badan yang berwenang untuk itu.
2.7.2 Iklan tidak boleh menjanjikan hasil mutlak seketika, jika ternyata penggunaannya harus dilakukan secara teratur dan terus menerus.
2.7.3 Iklan tidak boleh menawarkan hasil yang sebenarnya berada di luar kemampuan produk kosmetika.

2.8 Alat Kesehatan
2.8.1 Iklan harus sesuai dengan jenis produk yang disetujui Departemen Kesehatan RI, atau badan yang berwenang untuk itu.
2.8.2 Iklan kondom, pembalut wanita, pewangi atau deodoran khusus dan produk-produk yang bersifat intim lainnya harus ditampilkan dengan selera yang pantas, dan pada waktu penyiaran yang khusus untuk orang dewasa.

2.9 Alat dan Fasilitas Kebugaran atau Perampingan
Iklan yang menawarkan alat atau fasilitas kebugaran atau perampingan, tidak boleh memberikan janji yang tidak dapat dibuktikan ataupun mengabaikan efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan alat atau fasilitas tersebut.

2.10 Klinik, Poliklinik, dan Rumah Sakit
2.10.1 Iklan Klinik, poliklinik, atau rumah sakit diperbolehkan hanya jika ia ditampilkan sebagai entitas bisnis yang menawarkan jenis jasa dan atau fasilitas yang tersedia. 2.10.2 Iklan klinik, poliklinik, atau rumah sakit tidak boleh menampilkan tenaga profesional medis apa pun, ataupun segala atributnya, secara jelas ataupun tersamar.
2.10.3 Klinik, poliklinik, atau rumah sakit tidak boleh mengiklankan promosi penjualan dalam bentuk apa pun.

2.11 Jasa Penyembuhan Alternatif
2.11.1 Iklan penyembuhan alternatif hanya diperbolehkan beriklan bila telah memiliki ijin yang diperlukan.
2.11.2 Iklan penyembuhan alternatif tidak boleh menyalahgunakan simbol, ayat atau ritual keagamaan sebagai prasyarat penyembuhannya.

2.12 Organ Tubuh Transplantasi dan Darah
Organ tubuh transplantasi seperti: ginjal, jantung, kornea dan lain-lain, maupun darah manusia tidak boleh diiklankan, baik untuk tujuan mencari pembeli maupun penjual.

2.13 Produk Terbatas
2.13.1 Iklan produk terbatas tidak boleh menyamarkan atau mengimplikasikan produk dan atau pesan iklannya sedemikian rupa, sehingga menihilkan maksud atau tujuan dari peraturan tersebut.
2.13.2 Iklan produk terbatas tidak boleh dipublikasikan melalui media dan atau waktu penyiaran yang bukan untuk khalayak dewasa.

2.14 Jasa Profesi
Jasa-jasa profesi seperti dokter, pengacara, notaris, akuntan, dll hanya dapat mengiklankan tentang jam praktik atau jam kerja, dan pindah alamat, sesuai dengan kode etik profesi masing-masing.

2.15 Properti
2.15.1 Iklan properti hanya dapat dimediakan jika pihak pengiklan telah memperoleh hak yang sah atas kepemilikan, maupun seluruh izin yang diperlukan dari yang berwenang, serta bebas dari tuntutan oleh pihak lain manapun.
2.15.2 Jika iklan, atau katalog yang dirujuknya, mencantumkan ketentuan tentang jual-beli, maka syarat-syaratnya harus jelas dan lengkap.

2.16 Peluang Usaha dan Investasi
Iklan produk investasi yang menawarkan kesempatan berusaha, janji pengembalian modal, pinjam-meminjam atau pembagian keuntungan, wajib secara jelas dan lengkap menyebutkan sifat dan bentuk penawaran serta secara seimbang menyebutkan resiko yang mungkin dihadapi khalayak jika menjadi investor.

2.17 Penghimpunan Modal
Iklan yang menawarkan penghimpunan modal harus secara jelas mencantumkan bahwa penghimpunan modal dimaksud hanya dilakukan melalui pasar modal.

2.18 Dana Sosial dan Dana Amal
2.18.1 Iklan yang menyatakan sebagai sumbangan untuk dana amal harus mencantumkan tujuan untuk menyerahkan sekurangkurangnya 2/3 bagian dari hasil bersih yang dihimpunnya kepada badan sosial atau pihak yang akan menerima
sumbangan.
2.18.2 Iklan dana sosial atau dana amal harus mencantumkan badan sosial/amal, atau pihak yang akan menerima dana tersebut.
2.18.3 Setelah penyelenggaraan iklan dana sosial atau dana amal, harus diikuti dengan iklan laporan kepada publik yang merinci perolehan dan peruntukan dari dana sosial atau dana amal tersebut, serta tempat dan waktu dilakukannya penyerahan.

2.19 Kursus dan Lowongan Kerja
2.19.1 Iklan kursus tidak boleh mengandung janji untuk memperoleh pekerjaan atau penghasilan tertentu.
2.19.2 Iklan lowongan kerja tidak boleh secara berlebihan menjanjikan gaji dan atau tunjangan yang akan diperoleh.
2.19.3 Iklan lowongan kerja tidak boleh memberi indikasi adanya diskriminasi atas suku, agama atau ras tertentu.

2.20 Gelar Akademis
Iklan tidak boleh menawarkan perolehan gelar akademis dengan cara membeli atau dengan imbalan materi apa pun, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.21 Berita Keluarga
2.21.1 Iklan tidak boleh memberi pernyataan pemutusan hubungan keluarga dari ataupun terhadap orang yang berusia kurang dari 17 tahun.
2.21.2 Iklan tentang perceraian wajib mencantumkan rujukan dari keputusan lembaga pemerintah terkait. Iklan perceraian secara Islam wajib mencantumkan tingkat talak atau rujukan dari keputusan pengadilan agama terkait.

2.22 Gerai Pabrik (factory outlet)
Iklan gerai pabrik hanya boleh disiarkan untuk dan atas nama pabrik yang bersangkutan atau pihak yang ditunjuk secara resmi oleh pabrik tersebut.

2.23 Penjualan Darurat dan Lelang Likuidasi
Iklan tidak boleh digunakan untuk mengiklankan sesuatu produk karena alasan kebangkrutan dengan tujuan untuk menyesatkan atau mengelabui konsumen.

2.24 Kebijakan Publik
Iklan kebijakan publik (iklan pamong, iklan politik, dan iklanPemilu/Pilkada), harus memenuhi ketentuan berikut:
2.24.1 Tampil jelas sebagai suatu iklan.
2.24.2 Tidak menimbulkan keraguan atau ketidaktahuan atas identitas pengiklannya. Identitas pengiklan yang belum dikenal secara umum, wajib mencantumkan nama dan alamat lengkapnya.
2.24.3 Tidak bernada mengganti atau berbeda dari suatu tatanan atau perlakuan yang sudah diyakini masyarakat umum sebagai kebenaran atau keniscayaan.
2.24.4 Tidak mendorong atau memicu timbulnya rasa cemas atau takut yang berlebihan terhadap masyarakat.
2.24.5 Setiap pesan iklan yang mengandung hanya pendapat sepihak, wajib menyantumkan kata-kata “menurut kami”, “kami berpendapat” atau sejenisnya.
2.24.6 Jika menyajikan atau mengajukan suatu permasalahan atau pendapat yang bersifat kontroversi atau menimbulkan perdebatan publik, maka harus dapat – jika diminta – memberikan bukti pendukung dan atau penalaran yang dapat
diterima oleh lembaga penegak etika, atas kebenaran permasalahan atau pendapat tersebut.
2.24.7 Terkait dengan butir 2.24.6 di atas, iklan kebijakan public dinyatakan melanggar etika periklanan, jika pengiklannya tidak dapat atau tidak bersedia memberikan bukti pendukung yang diminta lembaga penegak etika periklanan.
2.24.8 Jika suatu pernyataan memberi rujukan faktual atas temuan sesuatu riset, maka pencantuman data-data dari temuan tersebut harus telah dibenarkan dan disetujui oleh pihak penanggungjawab riset dimaksud.
2.24.9 Tidak boleh merupakan, atau dikaitkan dengan promosi penjualan dalam bentuk apa pun.

2.25 Iklan Layanan Masyarakat (ILM)
2.25.1 Penyelenggaraan ILM yang sepenuhnya oleh pamong atau lembaga nirlaba dapat memuat identitas penyelenggara dan atau logo maupun slogan.
2.25.2 Kesertaan lembaga komersial dalam penyelenggaraan ILM hanya dapat memuat nama korporatnya.

2.26 Judi dan Taruhan
Segala bentuk perjudian dan pertaruhan tidak boleh diiklankan baik secara jelas maupun tersamar.

2.27 Senjata, Amunisi, dan Bahan Peledak
Senjata api dan segala alat yang dibuat untuk mencelakakan atau menganiaya orang, maupun amunisi dan bahan peledak tidak boleh diiklankan.

2.28 Agama
Agama dan kepercayaan tidak boleh diiklankan dalam bentuk apapun.

2.29 Iklan Multiproduk
Jika sesuatu iklan tampil secara multiproduk atau multimerek, maka setiap ketentuan etika periklanan yang berlaku bagi masing-masing produk atau merek tersebut berlaku pula bagi keseluruhan gabungan produk atau merek tersebut.


Etika Persaingan Dalam Periklanan

Etika dan tata krama harus dipenuhi dalam segala aktivitas periklanan untuk mendapatkan respon positif dan menjauhi sikap penolakan dari audience.

Dalam etika periklanan dikenal prinsip Swakramawi (self-regulation) adalah suatu prinsip atau paham yang dianut oleh mayarakat periklanan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan tidak hanya pada kode etik periklanan prinsip ini diterapkan, namun juga di banyak kode etik profesi maupun kode etik bisnis lainnya.
Pada awal dikenalnya swakramawi, sepenuhnya adalah dimaksudkan untuk melindungi pelaku
perniagaan dari persaingan yang tidak adil atau tidak sehat. Tujuan ini kemudian berkembang
seiring dengan ketatnya persaingan dan kian kuatnya gerakan konsumerisme
sehingga kini swakramawi lebih banyak ditujukan untuk melindungi konsumen. Secara
sederhana, tujuan penerapan prinsip swakramawi adalah: untuk dapat dengan sebaikbaiknya
mempertahankan kewibawaan komunikasi pemasaran – termasuk periklanan –
demi kepentingan semua pihak.
184 Etika Persaingan dalam Periklanan (Makmun Riyanto)

Beberapa prinsip swakramawi yang diserap oleh kebanyakan kode etik periklanan di
berbagai negara yang dalam tatakrama periklanan disebut azas umum tatakrama periklanan
Indonesia adalah:
1. Jujur, bertanggungjawab, dan tidak bertentangan dengan hukum negara.
2. Sejalan dengan nilai-nilai sosial-budaya masyarakat.
3. Mendorong persaingan, namun dengan cara-cara yang adil dan sehat (dijiwai
persaingan yang sehat).
Dari tiga azas umum tatakrama periklanan Indonesia tersebut yang berkaitan dengan
persaingan adalah bahwa iklan harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku dan iklan harus dijiwai oleh persaingan yang sehat.
Implementasi dari azas yang berkaitan dengan persaingan tersebut di antaranya
adalah:
1. Dari sisi bahasa, iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif (berlebihan)
seperti "paling", "nomor satu", "top", atau kata-kata berawalan "ter-", dan atau yang
bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat
dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.
2. Penggunaan kata "100%", "murni", "asli" untuk menyatakan sesuatu kandungan, kadar,
bobot, tingkat mutu, dan sebagainya, harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis
dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.
3. Penggunaan Kata "Satu-satunya". Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata "satusatunya"
atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa
produk tersebut menjadi yang satu-satunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan
dipertanggungjawabkan.
4. Hiperbolisasi, boleh dilakukan sepanjang ia semata-mata dimaksudkan sebagai penarik
perhatian atau humor yang secara sangat jelas berlebihan atau tidak masuk akal,
sehingga tidak menimbulkan salah persepsi dari khalayak sasarannya.
5. Iklan yang baik tidak mengadakan perbadingan langsung dengan produk-produk
saingannya. Apabila perbandingan semacam ini diperlukan, maka dasar perbandingan
harus sama dan jelas. Konsumen tidak disesatkan oleh perbandingan tersebut.
6. Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek teknis
produk, dan dengan kriteria yang tepat sama. Jika perbandingan langsung menampilkan
data riset, maka metodologi, sumber dan waktu penelitiannya harus diungkapkan secara
jelas. Pengggunaan data riset tersebut harus sudah memperoleh persetujuan atau
verifikasi dari organisasi penyelenggara riset tersebut.
7. Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak menyesatkan
khalayak.
8. Perbandingan Harga. Perbandingan harga hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan
kemanfaatan penggunaan produk, dan harus diseretai dengan penjelasan atau
penalaran yang memadai.
9. Tidak Merendahkan. Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam PP RI No.69 Th 1999 tentang label dan iklan pangan
juga disebutkan bahwa iklan pangan dilarang dibuat dalam bentuk apapun untuk
diedarkan dan/atau disebarluarkan dalam masyarakat dengan cara mendiskreditkan
produk pangan lainnya.
10. Peniruan iklan. Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing
sedemikian rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyesatkan
atau membingungkan khalayak. Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau
alur cerita, setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam pengertian eksekusi
termasuk model, kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi
huruf dan gambar, komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain,
dan properti.
11. Peniruan iklan. Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu
digunakan oleh sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan hingga kurun dua
tahun terakhir.
Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 11 No. 3, Desember 2011 185
12. Penempatan iklan. Media wajib memisahkan sejauh mungkin penempatan iklan-iklan
dari produk yang sejenis atau bersaing. Kecuali pada program, ruang, atau rubrik
khusus yang memang dibuat untuk itu.
13. Monopoli. Monopoli waktu/ruang/lokasi iklan untuk tujuan apa pun yang merugikan pihak
lain tidak dibenarkan.
14. Media Luar-Griya (out-of-home media). Iklan luar griya tidak boleh ditempatkan
sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian atau seluruh iklan luar griya lain yang
sudah lebih dulu ada di tempat itu, dan iklan tidak boleh ditempatkan bersebelahan atau
amat berdekatan dengan iklan produk pesaing.
15. Klaim sebagai yang pertama, dalam hal apa pun, harus disertai penjelasan bukti yang
mendukung pernyataan yang dimaksud.
16. Iklan Promosi Penjualan. Iklan mengenai undian, sayembara, maupun hadiah langsung
yang mengundang kesertaan konsumen, harus secara jelas dan lengkap menyebut
syarat-syarat kesertaan, masa berlaku, dan tanggal penarikan undian, serta jenis dan
jumlah hadiah yang ditawarkan, maupun cara-cara penyerahannya, wajib mencantumkan
izin yang berlaku.
17. Iklan promosi penjualan mencantumkan penawaran rabat, potongan, atau diskon harga,
maka ia harus benar-benar lebih rendah dari harga sebelumnya, bukan karena telah
didahului dengan menaikkan harga.
18. Iklan hadiah langsung tidak boleh mensyaratkan "selama persediaan masih ada" atau
ungkapan lain yang bermakna sama dan jika dicantumkan nilai rupiah dari barang
hadiah, haruslah benar-benar sesuai dengan harga pasar yang berlaku.
19. Pemakaian Kata "Gratis" atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh dicantumkan
dalam iklan, bila ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang
dikenakan kepada konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas.
20. Janji Pengembalian Uang (warranty). Jika suatu iklan menjanjikan pengembalian uang
ganti rugi atas pembelian suatu produk yang ternyata mengecewakan konsumen, maka
syarat-syarat pengembalian uang tersebut harus dinyatakan secara jelas dan lengkap,
antara lain jenis kerusakan atau kekurangan yang dijamin, dan jangka waktu berlakunya
pengembalian uang. Pengiklan wajib mengembalikan uang konsumen sesuai janji yang
telah diiklankannya.

PERIKLANAN


Definisi
- Menurut Kotler
Sebagai bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.
- Menurut Paul Copley
Secara garis besar dapat dilihat sebagai "seni", - seni mengajak - dan bisa didefinisikan sebagai yang perlu dibayarkan untuk merancang komunikasi yang informatif dan persuasif.
"Jadi periklanan adalah pesan berbayar yang komunikatif dan persuasif dalam tujuan mempromosikan ide, barang atau jasa"
Tujuan Periklanan
Tujuan periklanan adalah beberapa hal utama yang harus dicapai dengan upaya periklanan. Suatu tujuan memiliki 3 fungsi dalam manajemen, yaitu:
1.Sebagai alat bagi komunikasi dan koordinasi
2. Memberikan kriteria dalam pengambilan keputusan
3. Sebagai alat bagi evaluasi.
Menurut T.A. Shimp, ada tiga alasan utama dalam penyusunan tujuan periklanan (Missions), yaitu :
1. Tujuan periklanan merupakan ekspresi dari konsensus manajemen.
2. Penyusunan tujuan memandu aspek-aspek penganggaran, pesan dan media dari strategi periklanan suatu merek.
3. Tujuan periklanan menyediakan ketetapan sehingga hasil periklanan dapat diukur.
Iklan tidak dapat secara langsung dikatakan bisa mempengaruhi tingkat penjualan. Hal ini
disebabkan oleh dua hal yaitu :
1. Iklan bukan satu-satunya alat yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran
2. Iklan memberikan dampak bagi peningkatan penampilan perusahaan dalam jangka panjang.
Tujuan iklan yang lebih operasional yaitu terletak dari prilaku apa yang diharapkan.
Tahun 1961, Russel H. Colley mengemukakan konsep DAGMAR (Defining Advertising Goals for Measured Advertising Result) untuk memilih dan menentukan tujuan. Konsep ini digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh manajer untuk mengendalikan usaha-usaha periklanan.
Dalam pendekanan DAGMAR, dikembangkan suatu metode disebut proses komunikasi yang terdiri dari langkah-langkah yang harus dilalui suatu produk untuk sampai pada tujuan yang dikehendaki, yaitu berupa tindakan yang diambil konsumen.
Metode DAGMAR :
- Unaware
- Aware
- Comprehensive and Image
- Attitude
- Action
Tujuan Langsung dan Tujuan Tidak Langsung.
Tujuan langsung adalah tujuan yg mencari respon perilaku dari khalayak. Respon perilaku dari penerima iklan mencakup tindakan-tindakan seperti pembelian merek yang diiklankan.  Tujuan langsung bisa diterapkan ketika maksud periklanan adalah untuk menumbuhkan inisiatif perilaku atau tindakan tertentu.
Tujuan tidak langsung
Ditujukan pada respon praprilaku atau dengan kata lain mencapai hasil-hasil komunikasi yang mendahului perilaku (peningkatan kesadaran merek, peningkatan citra merek).
Tujuan tidak langsung atau komunikasi bisa diterapkan dalam segala situasi periklanan lainnya, dibandingkan dengan periklanan dengan tujuan langsung. Hal ini khususnya dilakukan oleh para pengiklan nasional, berlawanan dengan pengiklan lokal.
Kriteria Tujuan Periklanan yang Baik
1.Mencakup suatu pernyataan yang pasti tentang siapa (who), apa (what), dan kapan (when).
2. Kuantitatif dan dapat diukur
3. Menyatakan jumlah/besarnya perubahan yang diinginkan.
4. Realistis
5. Konsisten secara internal
6. Jelas dan tertulis
Contoh Tujuan Periklanan (Advertising Objective)
1. Membangun kesadaran merek atas 90% target audience. Menggunakan pengulang pesan pada majalah, TV, Radio



Fungsi umum komunikasi dari periklanan
1. Informing
Bersifat menyadarkan konsumen akan merek baru, mengedukasi konsumen tentang berbagai fitur dan manfaatnya, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif.
2.Persuading
Bersifat mempengaruhi pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan.

3.Reminding
Bersifat menjaga merek untuk tetap dalam ingatan konsumen atau bahkan menjadi yang paling diingat. Hingga mendapatkan kesetiaan konsumen.
4.Adding Value
Bersifat memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen yang kemudian akan memberikan nilai postif terhadap brand image.
Iklan sebagai Investasi perusahaan
Investasi iklan merupakan invetasi yang berkaitan erat dengan diri konsumen. Hingga pada akhirnya nanti, investasi yang sudah terproses tersebut akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Proses tersebut disebut dengan "efek enam tahap" oleh Jhon R.
1. Penampilan (exposure media) adalah upaya produsen menempatkan iklan pada media massa. Tujuannya adalah agar produk yang ditawarkan diketahui, didengar, dibaca, dilihat oleh konsumen potensial. Penampilan terjadi melalui media.
2. Proses (iklan atau penawaran) atau respon dari calon pembeli terjadi melaui komponen komponen iklan yang dimuat. Proses itu meliputi langkah-langkah calon pembeli yang spontan, seperti perhatian, belajar menghayati, penerimaan, dan reaksi-reaksi emosional.
3. Efek komunikasi (merek) adalah reaksi ‘asosiasi’ jalan pikiran calon pembeli terhadap merek. Sifatnya permanen, dan berhubungan dengan seleksi merek. Dua hal yang didapat dari efek komunikasi adalah kesadaran merek dan sikap terhadap merek.
4. Tindakan khalayak sasaran(pembeli).Dua efek komunikasi di atas mengarahkan calon pembeli untuk mengambil keputusan kepastian tindakan membeli merek atau tidak. Dalam konteks ini produsen sudah memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung dalam tingkah laku pembelian.
5. Penjualan/pangsa pasar (pasar). Langkah kongkret individual para calon pembeli menimbulkan penjualan bagi produsen. Jika dibandingkan dengan penjualan pesaing lainnya yang sejenis di pasar, maka kita melihat adanya pangsa pasar. Pangsa pasar dibutuhkan untuk menjaga kedudukan di dlam pasar sebelum pasar dikuasai pesaing.
6. Laba. Bagi perusahaan secara keseluruhan, laba dibutuhkan sebagai sarana untuk hidup dalam jangka waktu panjang. Jika terjadi peningkatan penjualan maka sebaiknya laba juga meningkat.




Jenis-jenis periklanan

1. Periklanan lembaga (bank, biro jasa, supermarket, departemen store)
2. Periklanan merk (toyota, honda, rinso, dll)
3. Periklanan jenis barang tertentu (iklan layanan masyarakat)
4. Periklanan penjualan (utk kesempatan tertentu)


Periklanan dapat dibedakan menjadi 3

1. Periklanan normative
Bertujuan memberikan informasi dan produk perusahaan. Misalnya tentang deskripsi produk, keunggulan, kualitas, harga, cara pemakaian, ketentuan dll.
Fungsi periklanan informatif adalah untuk membina permintaan primer misalnya :
a. memberikan informasi kepada pasar akan adanya barang baru
b. menyarankan penggunaan suatu barang tertentu
c. membangun citra perusahaan
d. informasi tentang perubahan harga

2. Periklanan persuasive
Bertujuan untuk membujuk calon konsumen dalam memlakukan pembelian atau pembeliaan ulang produk perusahaan.
Tujuan periklanan persuasif adalah menciptakan permintaan selektif (permintaan terhadap merk barang tertentu) misalnya :
a. membangun preferensi merk
b. mengubah persepsi konsumen
c. membujuk konsumen untuk tidak menunda pembeliaan
d. membujuk konsumen untuk melakukan pembelian ulang merk yang sama

3. Periklanan yang mengingatkan kembali
Bertujuan untuk menjaga ingatan konsumen agar tetap setia terhadap produk perusahaan.


Yang berperan dalam sebuah iklan

1. Pengiklan
Berperan penting dalam pemasangan iklan, dan harus mengetahui betul; identitas perusahaan, produk yang diandalkan, dan juga karakter perusahaan.

2. Biro Iklan
Berperan penting dalam mempertemukan pengiklan dengan perusahaan media, dan juga membantu pengiklan dalam menganalisis pasar, kreatifitas iklan, dan desain iklan.

3. Perusahaan Media
Berperan dalam mempublikasikan iklan. Terdapat 2 jenis media, yaitu; media cetak dan media elektronik.

4. Perusahaan Jasa Riset
Berperan penting dalam meneliti kondisi pasar. Mulai dari keinginan sampai psikologi pasar itu sendiri. Sering disebut sebagai ujung tombak dari sebuah Iklan yang bagus.



Media Periklanan

1. Media Cetak          ; koran, majalah, katalog, buletin, tiket.
2. Media Elektronik    ; televisi, film, radio, video.
3. Media Cetak Luar  ; poster, pamflet, flyer, brosur, reklame, spanduk.

Pertimbangan dalam memilih Media Periklanan

1. Daya jangkau iklan bagi audience
2. Pilihan media utama untuk kelompok umum
3. Pilihan media khusus untuk kelompok tertentu
4. Biaya iklan
5. Perilaku dan intensitas selama pemuatan


MANAJEMEN PERIKLANAN


Definisi

Adalah proses pengelolaan yang tersistemasi dan saling terintegrasi dengan tujuan utama yang sama. Proses pengelolaan ini akan melibatkan fungsi-fungsi manajemen, seperti; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Proses Manajemen Periklanan

1. Missions         (Penetapan Tujuan)
2. Money           (Keputusan Anggaran)
3. Message        (Keputusan Pesan)
4. Media            (Penetapan Media)
5. Measurement (Evaluasi Iklan)
Outline Manajemen Periklanan


A. Strategi Periklanan
1. Menetapkan tujuan (advertising objectives)
2. Memformulasikan anggaran
3. Menciptakan pesan-pesan iklan
4. Menyeleksi media dan alat komunikasi iklan.

B. Implementasi Strategi
Berkaitan dengan taktik, aktivitas sehari-hari yang harus dilaksanakan untuk menjalankan kampanye iklan.

C. Pengukuran Efektivitas Periklanan
Dalam kegiatan keseluruhan proses periklanan ada empat kelompok utama yang terlibat yaitu;
1. Perusahaan/organisasi yang beriklan.
2. Biro-Biro iklan
3. Perusahaan Produksi Iklan
4. Media Periklanan




Sources:

Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, 1995, Rhenald Khasali,
Grafiti, Jakarta. Periklanan Promosi , Aspek tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Terrence A. Shimp, 2003, Erlangga Jakarta.


No comments:

Post a Comment